Turotial - Tips & Trick - Musik

Tuesday 18 July 2017

Cerpen Cinta di Ujung Jalan

18:53 Posted by Semangat Belajar No comments
Cinta di Ujung Jalan
 Karya : : Septy Ariani


Sore ini langit cerah matahari mulai kembali keperaduannya, debur ombak saling bekerjaran serta angin yang bertiup membuat daun melambai-lambai menambah keindahan pantai ini. Aku dan sahabatku (Ita) duduk di bawah pohon waru sambil menikmati sunset hari itu. Emank sich asyik banget sampai-sampai kebawa suasana deh!
“Hai cewe-cewe cantik! Kok sendirian boleh abang temenin gak?” (para preman mencoba mengganggu kami)
“Jadi nggak asyik lagi deh….!” Kami memutuskan untuk meninggalkan preman-preman tadi tanpa menjawab apapun aku dan Ita menghidupkan motor lalu tancap gas.
Tiba-tiba di ujung jalan….(gubrak….!!) motor kami nabrak motor orang depan kami. Spontan berhenti orang itu berbalik arah dan memarahi kami serta meminta ganti rugi. “wah kacau neh!”
Saat itu kami memang salah dan kami nggak bisa berbuat apa-apa lagi! Aku dan Ita hanya memikirkan satu jalan yaitu langkah seribu alias lari.
Aku langsung tancap gas dengan alasan ya itu melarikan diri.
Besoknya aku dan Ita pergi ke pasar swalayan dikota gitu deh…Ya ampyun ga nyangka waktu aku sama Ita lagi ngobrol sabil jalan bawa belanjaan.
“Eh…emak…emak…!!” reaksi Ita Spontan setelah bertabrakan dan belanjaannya jatuh berantakan berserakan bercampur aduk dengan belanjaan orang yang Ita tabrak itu. Parahnya lagi ternyata Ita nabrak cowo yang kemarin kami tabrak motornya. “Ya ampyun cape deh…!
“Heh…kalian lagi…kalian lagi!!!”
“Dasar…! Pembawa sial...???!!!”
“M…m…sorry kami ga sengaja!! (aku dan Ita lalu pergi meninggalkan cowo itu)
Aku dan Ita ngga abis pikir deh kenapa musti dipertemukan sama cowo kaya dia emank sih cakep tapi jutek abis, sombong lagi wuh gayanya toh sok sweet baged.
Liburan telah usai aku berangkat sekolah seperti biasa. Keadaan sekolah sama sekali ngga berubah mesti udah dua minggu ditinggalin. Pelajaran dimulai seperti biasanya kembali. Saat pertengahan jam pelajaran tiba-tiba “Tok! Tok! Tok! Siang anak-anak!” wah siapa yang bersama kepala sekolah dalam hatiku berbisik.
“Bapak punya temen baru buat kalian sehingga kalian bisa menerimanya dengan baik”
“ My name is Jonathan”
“M…panggil saja saya Jona!” begitu aku menengok ternyata cowo yang waktu itu lagi! Ampun deh….
“Sok Inggris banget sich”
(gumamku di dalam hati)
Adi di belakangku bertanya padanya, “Hai Jona pindahan dari mana you?”
“m…m…LA!”
“Oh pantes ya bicaranya keya bule-bule ya?” Tumini bicara spontan diikuti tawa anak-anak satu kelas maklum Tumini memang bicaranya medok banget dia pindahan dari jawa gitu!
“Jona! Kamu bisa duduk di sebelah serly.”
“Tapi bu….ini kan tempat duduknya Ita?”
“Udah ga papa Ita ga bakalan marah kok! Lagian orang tuanya Ita ijin menghubungi sekolah katana Ita ijin pergi ke Jogja”
“Hai Girl…? How are you? Ga nyangka ketemu lagi sama cewe sial kaya dirimu!”
“Eh you jangan sok deh…! Lagian ngapain kamu duduk di sisni?”
“It’s no problem!”
ih nyebelin banget sich cowo satu ini! Ita lagi ngapain musti pergi segala hari-hari di sekolah jadi ga asyik tiap hari bertengkar mulu. Tapi suatu hari saat pulang sekolah aku melihat sisi lain dari Jona. Saat itu ada seorang wanita tua renta peminat-minta yang menggendong anak kecil dan duduk di pinggir jalan sambil menyodorkan gelas bekas tempat minuman.
“What sharp!” kaget juga Jona ngasih seratus ribu gitu?! Tapi ya ngga tau sich dia Cuma pamer atau ikhlas.
Tapi kayaknya dia baek dech, buktinya di situ ga da orang. “Aduh Serly ngepain sich jadi mikirin dia!” aku berkata pada diriku sendiri.
Waktu pelajaran olah raga aku hampir terpeleset maklum lapangan licin! Abiz tadi pagi hujan sich!! Syukur….banget ya sampe terjatuh dari belakang ada seorang pangeran tampan yang menolongku sebut saja Vino. Dia memang sering bareng Jona tapi aku juga ga tau! Hubungan mereka apa? Yang jelas sifat mereka beda banget.
“Terimakasih ya Vino!”
“Sama-sama” tanpa basa-basi Vino langsung pergi ninggalin aku.
Di kantin di Jona membuat sensasi dia memang sok banget anaknya. Semua temen satu genknya dia traktir makan sepuasnya, denger-denger sich…! Karena ayahnya pulang dari LA gitu tapu udahlah EGP!
“Emank gue pikiran!”
sekolah kami mengadakan camping atau pelantikan bantara. Acara ini diwajibkan bagi semua siswa kecuali siswa yang sakit.
Aku terkejut ketika sampai di lokasi ternyata seorang Jona…nggak ikut! Aku jadi bingung kenapa sebenarnya alasannya ga ikut “Apa dia sakit? Nggak mungkin!! Dia kan selalu fresh gitu! Atau jangan-jangan diya itu pengecut… he..he ngapain aku mikirin dia terus.
Ketika kami sedang melaksanakan acara api unggun dan pentas seni kami duduk melingkar. Aku sempet kaget banget apa yang terjadi coba? Vino…memegang tanagnku dan menariku menuju belakang tenda reguku. Di sana kita berbicara banyak sekali aku nggak nyangka ternyata Vino dan Jona saudara! Tapi saudara tiri gitu coz kata Vino ibu Jona udah meninggal dan ayah Vino udah cerai sama ibunya Vino jadi ayah dan ibynya Jona yang sudah saling mengenal memutuskan untuk menikah. Jadi mereka saudara beda ayah dan ibu alias ngga ada hubungan darah. Wah pantes aja sifat mereka berdua beda banget. Bagaikan langit dengan bumi!
Malam itu juga aku bertanya pada Vino
“Vin…kenapa sich Jona ga berangkat?”
“Ini juga yang sebenarrnya mau Vino omongin…Sherly….!
“Kenapa Vin…?
“Sebenarnya fisik Jona sangat lemah kelihatannya aja dia baek-baek aja!”
“Emang Jona punya penyakit apa Vin…?”
“ya aku mau jawab pertanyaan kamu tapi janji ya Sherly ga bilang ke Jona atau siapapun?”
“Ya…Vino…Sherly janji dech?”
“mmm…Jona ngidap kanker”
“makannya aku minta tolong sama kamu Sherly soalnya Cuma kamu orang yang bisa bahagiain Jona di sisa waktu yang sudah divonis dokter hanya bisa bertahan 3 bulan!”
“Tapi vin…Jona toh khan benci banget sama aku? Gimana bisa?”
“Ngga Jona tuh cinta…sama kamu nggak sengaja kemarin aku baca blognya. Aku hanya bisa diam seakan tak percaya seorang Jona mencintainya. Di sisi lain aku memikirkan Jona tapi di sisi lain pula aku harus memikirkan adikku yang tidak pernah mendapat kasih sayang, hanya aku yang tau keluarganya memang terkenal harmonis tapi didalamnya tidak pernah ada kata harmonis bahkan ayah dan ibuku tiap hari selalu bertengkar. Adiku Andre ngga tau sekolahnya kacau dia jadi korban ayah dan ibuku saat hari itu aku masuk kekamarnya dia susah OD akibat meminum sebotol obat penenang yang berisi tablet-tablet pil. Aku sedih banget saat adik yang paling aku sayang pergi meninggalkanku. Sementara itu ayah dan ibuku masih belum menyadarinya mereka terus saja melanjutkan pertengkaran padahal baru beberapa hari kepergian Andre.
Saat jam istirahat sekolah Jona mendekatiku.
“Sher…boleh ga aku duduk di sebelahmu?”
“boleh kok....? ada apa Jona?”
“Sher kenapa sich akhir-akhir ini kamu baek banget ma aku”
“Ya ga kenapa-kenapa Jona! Aku Cuma mau menebus kesalahanku yang pernah aku buat pada dirimu!
”Owh gtu! Makasih banget Sher kamu dah mau jadi temanku!!”
Tanpa aku sadari semakin hari aku memupuk perasaanku pada Jona dan suatu malam Jona mengajakku ke sebuah pesta kembang api. Di sana dia menembakku dan malam itu juga kita jadian.
“hari minggu ini kamu ada acara ngga Bab’s??”
“Ngga ada apa Jona cayang?”
“Besok kita ketemu ya di ujung jalan waktu pertama kali kita bertemu!!”
“Kenapa disitu sich?”
“Ya…ngga…aku Cuma ingin kita bernostalgia gitu”
“Ya udah cayang tunggu aja ya!”
Saat hari itu datang tiba-tiba perutku sakit dan aku jatuh pingsan saat sedang berdandan di kamar. Saat aku sadar lalu akulangsung ke rumah sakit untuk cake-up dan rongsen. Aku sangat terkejut dokter memvonisku terkena tumor lambung stadium empat. Setelah aku tengok jam baru aku sadar “Ya ampyun…Jona!!!
Paginya di sekolah Jona…terlihat marah dan tidak mau bicara sepatah katapun padaku. Ya Tuhan apa yang harus aku perbuat aku tidak mungkin berkata jujur tentang sakitku ini. Aku takut hanya akan membuat Jona tambah sakit. Aku terpaksa bohong.
“Jona Cayang…aku minta maaf banget sama kamu cayang? Aku kemarin lupa ketiduran gitu”
“Ya…ga….da…maaf!”
“kamu ko gitu cayang?”
“He…he…bercanda Bab’s! Jona kan cayang sama Sherly ya ga mungkin lah marah sama Sherly.”
“Makacih….cayang!!”
“Ya dah kita pergi besok aja ya Bab’s?” ajak Jona padaku “aku jemput besok…”
“Ya cayang…”
Saat Jona sampai di rumahku aku sudah tergeletak di lantai depan teras dengan pakaian rapi. Saat itu Jona langsung membawaku ke rumah sakit dia membawaku ke dokter kenalannya dan sementara itu Jona juga drop dan dirawat di ruang sebelah. Kita berpegangan tangan sebelum dilaksanakan operasi pengangkatan tumor di lambungku dan pencangkokoan sum-sum tulang belakang tubuh Jona.
Memang saat itu ayah ibuku sangat khawatir dan gara-gara peristiwa itu ayah dan ibuku menjadi tidak bertengkar lagi dan berusaha membina keluarga yang harmonis begitu juga Jona, Andre serta orang tua mereka menjadi sebuah keluarga yang hampir sempurna. Karena operasi kami berhasil dengan lancar kami segera bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas kehendaknya semua bisa terjadi begitu pula aku dan Jona yang akhirnya sehat kembali dan dihari ulang tahun Jona, Jona mengajakku ke ujung jalan tempat pertama kali bertemu dengannya tempat yang empat aku dan Jona bertunda-tunda mendatanginya akhirnya cinta kami sampai di ujung jalan.


THE END

0 comments: