Cinta di Ujung Jalan
Sore ini langit cerah matahari mulai kembali keperaduannya, debur ombak
saling bekerjaran serta angin yang bertiup membuat daun melambai-lambai
menambah keindahan pantai ini. Aku dan sahabatku (Ita) duduk di bawah pohon
waru sambil menikmati sunset hari
itu. Emank sich asyik banget sampai-sampai kebawa suasana deh!
“Hai cewe-cewe cantik! Kok sendirian boleh abang temenin gak?” (para
preman mencoba mengganggu kami)
“Jadi nggak asyik lagi deh….!” Kami memutuskan untuk meninggalkan preman-preman
tadi tanpa menjawab apapun aku dan Ita menghidupkan motor lalu tancap gas.
Tiba-tiba di ujung jalan….(gubrak….!!) motor kami nabrak motor orang
depan kami. Spontan berhenti orang itu berbalik arah dan memarahi kami serta
meminta ganti rugi. “wah kacau neh!”
Saat itu kami memang salah dan kami nggak bisa berbuat apa-apa lagi! Aku
dan Ita hanya memikirkan satu jalan yaitu langkah seribu alias lari.
Aku langsung tancap gas dengan alasan ya itu melarikan diri.
Besoknya aku dan Ita pergi ke pasar swalayan dikota gitu deh…Ya ampyun ga
nyangka waktu aku sama Ita lagi ngobrol sabil jalan bawa belanjaan.
“Eh…emak…emak…!!” reaksi Ita Spontan setelah bertabrakan dan belanjaannya
jatuh berantakan berserakan bercampur aduk dengan belanjaan orang yang Ita
tabrak itu. Parahnya lagi ternyata Ita nabrak cowo yang kemarin kami tabrak
motornya. “Ya ampyun cape
deh …!
“Heh…kalian lagi…kalian lagi!!!”
“Dasar…! Pembawa sial...???!!!”
“M…m…sorry kami ga sengaja!! (aku dan Ita lalu pergi meninggalkan cowo
itu)
Aku dan Ita ngga abis pikir deh kenapa musti dipertemukan sama cowo kaya
dia emank sih cakep tapi jutek abis, sombong lagi wuh gayanya toh sok sweet
baged.
Liburan telah usai aku berangkat sekolah seperti biasa. Keadaan sekolah
sama sekali ngga berubah mesti udah dua minggu ditinggalin. Pelajaran dimulai
seperti biasanya kembali. Saat pertengahan jam pelajaran tiba-tiba “Tok! Tok!
Tok! Siang anak-anak!” wah siapa yang bersama kepala sekolah dalam hatiku
berbisik.
“Bapak punya temen baru buat kalian sehingga kalian bisa menerimanya
dengan baik”
“ My name is Jonathan”
“M…panggil saja saya Jona!” begitu aku menengok ternyata cowo yang waktu
itu lagi! Ampun deh….
“Sok Inggris banget sich”
(gumamku di dalam hati)
Adi di belakangku bertanya padanya, “Hai Jona pindahan dari mana you?”
“m…m…LA!”
“Oh pantes ya bicaranya keya bule-bule ya?” Tumini bicara spontan diikuti
tawa anak-anak satu kelas maklum Tumini memang bicaranya medok banget dia
pindahan dari jawa gitu!
“Jona! Kamu bisa duduk di sebelah serly.”
“Tapi bu….ini kan
tempat duduknya Ita?”
“Udah ga papa Ita ga bakalan marah kok! Lagian orang tuanya Ita ijin
menghubungi sekolah katana Ita ijin pergi ke Jogja”
“Hai Girl…? How are you? Ga nyangka ketemu lagi sama cewe sial kaya dirimu!”
“Eh you jangan sok deh…! Lagian ngapain kamu duduk di sisni?”
“It’s no problem!”
ih nyebelin banget sich cowo satu ini! Ita lagi ngapain musti pergi
segala hari-hari di sekolah jadi ga asyik tiap hari bertengkar mulu. Tapi suatu
hari saat pulang sekolah aku melihat sisi lain dari Jona. Saat itu ada seorang
wanita tua renta peminat-minta yang menggendong anak kecil dan duduk di pinggir
jalan sambil menyodorkan gelas bekas tempat minuman.
“What sharp!” kaget juga Jona ngasih seratus ribu gitu?! Tapi ya ngga tau
sich dia Cuma pamer atau ikhlas.
Tapi kayaknya dia baek dech, buktinya di situ ga da orang. “Aduh Serly
ngepain sich jadi mikirin dia!” aku berkata pada diriku sendiri.
Waktu pelajaran olah raga aku hampir terpeleset maklum lapangan licin!
Abiz tadi pagi hujan sich!! Syukur….banget ya sampe terjatuh dari belakang ada
seorang pangeran tampan yang menolongku sebut saja Vino. Dia memang sering
bareng Jona tapi aku juga ga tau! Hubungan mereka apa? Yang jelas sifat mereka
beda banget.
“Terimakasih ya Vino!”
“Sama-sama” tanpa basa-basi Vino langsung pergi ninggalin aku.
Di kantin di Jona membuat sensasi dia memang sok banget anaknya. Semua
temen satu genknya dia traktir makan sepuasnya, denger-denger sich…! Karena
ayahnya pulang dari LA gitu tapu udahlah EGP!
“Emank gue pikiran!”
sekolah kami mengadakan camping atau pelantikan bantara. Acara ini
diwajibkan bagi semua siswa kecuali siswa yang sakit.
Aku terkejut ketika sampai di lokasi ternyata seorang Jona…nggak ikut!
Aku jadi bingung kenapa sebenarnya alasannya ga ikut “Apa dia sakit? Nggak
mungkin!! Dia kan
selalu fresh gitu! Atau jangan-jangan diya itu pengecut… he..he ngapain aku
mikirin dia terus.
Ketika kami sedang melaksanakan acara api unggun dan pentas seni kami
duduk melingkar. Aku sempet kaget banget apa yang terjadi coba? Vino…memegang tanagnku
dan menariku menuju belakang tenda reguku. Di sana kita berbicara banyak sekali aku nggak
nyangka ternyata Vino dan Jona saudara! Tapi saudara tiri gitu coz kata Vino
ibu Jona udah meninggal dan ayah Vino udah cerai sama ibunya Vino jadi ayah dan
ibynya Jona yang sudah saling mengenal memutuskan untuk menikah. Jadi mereka
saudara beda ayah dan ibu alias ngga ada hubungan darah. Wah pantes aja sifat
mereka berdua beda banget. Bagaikan langit dengan bumi!
Malam itu juga aku bertanya pada Vino
“Vin…kenapa sich Jona ga berangkat?”
“Ini juga yang sebenarrnya mau Vino omongin…Sherly….!
“Kenapa Vin…?
“Sebenarnya fisik Jona sangat lemah kelihatannya aja dia baek-baek aja!”
“Emang Jona punya penyakit apa Vin…?”
“ya aku mau jawab pertanyaan kamu tapi janji ya Sherly ga bilang ke Jona
atau siapapun?”
“Ya…Vino…Sherly janji dech?”
“mmm…Jona ngidap kanker”
“makannya aku minta tolong sama kamu Sherly soalnya Cuma kamu orang yang
bisa bahagiain Jona di sisa waktu yang sudah divonis dokter hanya bisa bertahan
3 bulan!”
“Tapi vin…Jona toh khan benci banget sama aku? Gimana bisa?”
“Ngga Jona tuh cinta…sama kamu nggak sengaja kemarin aku baca blognya.
Aku hanya bisa diam seakan tak percaya seorang Jona mencintainya. Di sisi lain
aku memikirkan Jona tapi di sisi lain pula aku harus memikirkan adikku yang
tidak pernah mendapat kasih sayang, hanya aku yang tau keluarganya memang
terkenal harmonis tapi didalamnya tidak pernah ada kata harmonis bahkan ayah
dan ibuku tiap hari selalu bertengkar. Adiku Andre ngga tau sekolahnya kacau
dia jadi korban ayah dan ibuku saat hari itu aku masuk kekamarnya dia susah OD
akibat meminum sebotol obat penenang yang berisi tablet-tablet pil. Aku sedih
banget saat adik yang paling aku sayang pergi meninggalkanku. Sementara itu
ayah dan ibuku masih belum menyadarinya mereka terus saja melanjutkan
pertengkaran padahal baru beberapa hari kepergian Andre.
Saat jam istirahat sekolah Jona mendekatiku.
“Sher…boleh ga aku duduk di sebelahmu?”
“boleh kok....? ada apa Jona?”
“Sher kenapa sich akhir-akhir ini kamu baek banget ma aku”
“Ya ga kenapa-kenapa Jona! Aku Cuma mau menebus kesalahanku yang pernah
aku buat pada dirimu!
”Owh gtu! Makasih banget Sher kamu dah mau jadi temanku!!”
Tanpa aku sadari semakin hari aku memupuk perasaanku pada Jona dan suatu malam
Jona mengajakku ke sebuah pesta kembang api. Di sana dia menembakku dan malam itu juga kita
jadian.
“hari minggu ini kamu ada acara ngga Bab’s??”
“Ngga ada apa Jona cayang?”
“Besok kita ketemu ya di ujung jalan waktu pertama kali kita bertemu!!”
“Kenapa disitu sich?”
“Ya…ngga…aku Cuma ingin kita bernostalgia gitu”
“Ya udah cayang tunggu aja ya!”
Saat hari itu datang tiba-tiba perutku sakit dan aku jatuh pingsan saat
sedang berdandan di kamar. Saat aku sadar lalu akulangsung ke rumah sakit untuk
cake-up dan rongsen. Aku sangat terkejut dokter memvonisku terkena tumor
lambung stadium empat. Setelah aku tengok jam baru aku sadar “Ya ampyun…Jona!!!
Paginya di sekolah Jona…terlihat marah dan tidak mau bicara sepatah
katapun padaku. Ya Tuhan apa yang harus aku perbuat aku tidak mungkin berkata
jujur tentang sakitku ini. Aku takut hanya akan membuat Jona tambah sakit. Aku
terpaksa bohong.
“Jona Cayang…aku minta maaf banget sama kamu cayang? Aku kemarin lupa
ketiduran gitu”
“Ya…ga….da…maaf!”
“kamu ko gitu cayang?”
“He…he…bercanda Bab’s! Jona kan
cayang sama Sherly ya ga mungkin lah marah sama Sherly.”
“Makacih….cayang!!”
“Ya dah kita pergi besok aja ya Bab’s?” ajak Jona padaku “aku jemput
besok…”
“Ya cayang…”
Saat Jona sampai di rumahku aku sudah tergeletak di lantai depan teras
dengan pakaian rapi. Saat itu Jona langsung membawaku ke rumah sakit dia
membawaku ke dokter kenalannya dan sementara itu Jona juga drop dan dirawat di
ruang sebelah. Kita berpegangan tangan sebelum dilaksanakan operasi
pengangkatan tumor di lambungku dan pencangkokoan sum-sum tulang belakang tubuh
Jona.
Memang saat itu ayah ibuku sangat khawatir dan gara-gara peristiwa itu
ayah dan ibuku menjadi tidak bertengkar lagi dan berusaha membina keluarga yang
harmonis begitu juga Jona, Andre serta orang tua mereka menjadi sebuah keluarga
yang hampir sempurna. Karena operasi kami berhasil dengan lancar kami segera
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas kehendaknya semua bisa
terjadi begitu pula aku dan Jona yang akhirnya sehat kembali dan dihari ulang
tahun Jona, Jona mengajakku ke ujung jalan tempat pertama kali bertemu
dengannya tempat yang empat aku dan Jona bertunda-tunda mendatanginya akhirnya
cinta kami sampai di ujung jalan.
THE END
0 comments:
Post a Comment